Terheboh 2017: Serangan Siber, Hoax, WannaCry, dan Bitcoin - Detikcom (Siaran Pers)

Jakarta - 2017 adalah tahunnya serangan siber. Kedengarannya agak berlebihan. Namun apabila kita sempat mendengarkan presentasi Ketua Dewan TIK Nasional Ilham Habibie pada acara Kongres Teknologi Nasional di BPPT Juli lalu, hal tersebut benar adanya.

Serangan siber sendiri terbagi menjadi empat kategori: serangan fisik, serangan logic, serangan informasi, dan serangan budaya.

Serangan fisik di sini merupakan serangan langsung baik terang-terangan atau tersembunyi terhadap pusat data atau pusat telekomunikasi dengan tujuan pengambil-alihan data atau perusakan infrastruktur kritis.

Serangan logic merupakan serangan siber yang lebih umum dilakukan karena dapat dilakukan secara masif, sistematis, dan terstruktur namun tetap tersembunyi secara jarak jauh.

Serangan model ini disukai karena belum ada kesepakatan akan konsep jurisdiksi di dalam internet, selain penggunaan metode proxy dan IP spoofing yang menyembunyikan alamat IP sebenarnya.

Serangan informasi bertujuan membentuk opini publik mengenai sesuatu atau seseorang yang dilakukan dengan produksi hoax dan propaganda. Serangan ini umumnya mempunyai tujuan politik dan sangat aktif pada masa-masa pemilihan umum.

Dan yang terakhir adalah serangan budaya yang bertujuan membentuk budaya masyarakat untuk lebih terbuka, permisif, abusif, liberal, manipulatif, tanpa moral dan etika.

Serangan ini bersifat kampanye dan propaganda tersembunyi dan mempengaruhi alam bawah sadar pengguna internet untuk lebih menerima atau menolak sesuatu yang berbeda dengan budaya dasar masyarakat.

Berikut adalah kilas balik 2017 yang dicatat oleh Indonesia Cyber Security Forum (ICSF) dari sisi keamanan siber, seperti disampaikan kepada detikINET, Kamis (28/12/2017). (rou/rou)

HALAMAN 2

0 Response to "Terheboh 2017: Serangan Siber, Hoax, WannaCry, dan Bitcoin - Detikcom (Siaran Pers)"

Post a Comment