Perusahaan Media Sosial Diuntungkan Karena Hoax - Kumparan.com (Siaran Pers) (Pendaftaran) (Blog)

Ilustrasi hoax

Ilustrasi Hoax (Foto: Thinkstock)

Terkuaknya kelompok Saracen yang kerap menyebarkan fitnah dan berita hoax di media sosial menimbulkan pertanyaan mengenai pengawasan media sosial. Direktur Indonesia New Media Watch, Agus Sudibyo, membandingkan penanganan kasus penyebaran berita hoax di Indonesia dengan negara lain, khususnya di Eropa.

Menurut Agus, pihak kepolisian di beberapa negara Eropa tidak hanya memeriksa pelaku penyebaran berita hoax. Perusahaan media sosial tempat berita tersebut disebar, seperti Facebook dan Twitter, juga akan ikut dipanggil untuk dimintai keterangan.

"Kalau kasus seperti ini terjadi di Eropa, maka satu pihak yang akan ikut diperiksa adalah perusahaan media sosial di mana hoax tersebar. Apakah Facebook, Twitter, dan lain-lain. Ini yang membedakan (penanganan kasus hoax) Indonesia dan negara lain," kata Agus dalam diskusi di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (26/8).

Hal ini pun sempat menjadi pertanyaan sejumlah kawan Agus yang berdomisili di beberapa negara Eropa. Saat kasus Buni Yani bergulir, mereka mempertanyakan kenapa hanya Buni Yani yang dipanggil, sementara pihak Facebook tidak.

Ilustrasi media sosial

Ilustrasi media sosial (Foto: Pixabay)

Lebih lanjut, Agus menilai dalam kasus penyebaran berita hoax, perusahaan media sosial adalah pihak yang paling diuntungkan. Sebab, semakin kontroversial sebuah berita hoax, maka media sosial akan semakin terkenal.

"Jadi semakin kontroversial suatu hoax, semakin populer media sosial di mana hoax itu tersebar. Sahamnya naik dan potensi iklan juga akan naik. Jadi yang diuntungkan perusahaan media sosial," paparnya.

Diskusi Polemik

Diskusi Polemik di Warung Daun, Cikini. (Foto: Nadia Jovita/kumparan)

Dia pun mencontohkan kasus tersebarnya berita hoax selama penyelenggaran Pilpres di Amerika Serikat tahun lalu. Kala itu, kata Agus, banyak berita hoax yang tersebar. Dan masing-masing partai, yakni Demokrat dan Republik, menggunakan berita hoax untuk menimbun suara.

"Setelah selesai, pihak yang dipersoalkan yang jadi penyebab kekalahan Hillary bukan si penyebar tapi perusahaan media sosial. Akhirnya setelah itu masyarakat Amerika terbelah. Di kasus Brexit juga begitu. Ada kampanye yang menggunakan media sosial agar Inggris keluar dari Uni Eropa. Setelah itu terjadi, yang banyak dipersoalkan adalah Facebook dan Twitter," kata Agus.

"Saya berharap kepolisian bagaimana agar Facebook menjadi subyek hukum di Indonesia, jadi pihak yang bisa dimintai pertanggung jawaban. Sejak kasus Buni Yani, saya enggak lihat Facebook jadi bagian yang ikut bertanggung jawab," imbuh dia.

HALAMAN 2

0 Response to "Perusahaan Media Sosial Diuntungkan Karena Hoax - Kumparan.com (Siaran Pers) (Pendaftaran) (Blog)"

Post a Comment