HOAX dan Nasib Generasi Indonesia - Poskotanews

BERBAGAI gebrakan yang dilakukan oleh Direktorat Pidana Siber Bareskrim Mabes Polri, pekan ini, memperlihatkan hasil nyata, lewat rentetan penangkapan terhadap terduga pelaku penyebar hoax alias berita palsu di dunia maya.

Tak ada lagi teror ulama, isu kebangkitan PKI, dan berbagai horor yang meresahkan lainnya – yang ternyata sengaja disebarkan oleh oknum oknum tak bertanggung-jawab di media sosial, beberapa waktu lalu, dalam rangka merusak kredebilitas pemerintah dan aparat.

Hoax bukan sekadar perang opini. Hoax berpotensi merusak generasi. Apa jadinya generasi penerus kita jika dijejali dengan informasi palsu, plintiran, adu domba dan kebencian terhadap golongan lain?

Maka, masyarakat layak mengapresiasi kinerja Bang Fadil Imran – begitulah panggilan akrab Brigjen. Pol. Dr. Drs. H.M. Fadil Imran, M.Si., sebagai jendral pemimpin perang “antihoax” yang bersama pasukannya yang membuat giat melakukan pembersihan di dunia maya sehingga langsung tergulung sejumlah para pelakunya. Dan dia menyatakan terus akan melakukan pembersihan.

Setelah mantan bankir Ignasius Jonan menertibkan PT KAI yang membuat kereta kita nyaman sekarang ini, Menteri Kelautan Susi Pudjiastuti yang membersihkan mafia di samudra Indonesia, sehingga nelayan kita meningkat penghasilannya, maka Bang Fadil Imran melakukan gebrakan dengan membersihkan dunia maya dari hoax.

Cendekiawan, mantan rektur UIN Ciputat Komarudin Hidayat mengatakan momok dari penyebaran berita bohong atau hoax tak ubahnya seperti peredaran narkotik dan pornografi. Bila dibiarkan, penyebaran hoax bisa membahayakan masyarakat.

“Hoax itu pembunuhan karakter. Kalau kritik silakan, tapi kalau hoax merupakan manipulasi, kecurangan, yang dapat menjatuhkan orang lain,” ujar Komarudin dalam acara Deklarasi Masyarakat Anti Hoax di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Yang mengerikan dalam penyebaran hoax, simbol simbol agama dilibatkan.

Ketika pelakunya ditangkap politisi yang diuntungkan di Senayan, langsung berteriak dan membela sebagai “mengekang kebebasan berekpresi”, padahal sangat nyata bedanya antara hoax dan kebebasan berpendapat dan berekpresi.

Hoax yang terus disebarkan terus-menerus karena akan membuat orang yang awalnya sangsi menjadi percaya. Kecurigaan di antara satu golongan dengan golongan lain yang berpuncak pada kebencian dan perang antar sesama. Konfil ala Timut Tengah yang tak kunjung usai, bukan tak mungkin pindah ke sini. Naudzubila min dzalik.

Mari kita dukung polisi membersihkan dunia maya dari hoax sebagaimana mendukung Susi Pudjiastuti membersihkan mafia di laut, mengikuti jejak Ign Jonan yang sudah bikin nyaman kereta api – dimas.

HALAMAN 2

0 Response to "HOAX dan Nasib Generasi Indonesia - Poskotanews"

Post a Comment