Setelah membahas soal hoax dan fenomenanya, Melani melanjutkan pembahasan ke soal sastra dan hoax itu sendiri.
Pihak DKJ dalam keterangan mengatakan, “Sastra hoax secara sederhana merupakan karya yang menjungkirbalikkan persepsi pembaca tentang sastra itu sendiri, mencampuradukkan apa yang real dan apa yang tidak real. Sifat dari hoaks itu sendiri sebenarnya adalah fiksi. Sedangkan sastra adalah sebuah cerita fiksi; sebuah cerita rekaan yang bukan berarti sesungguhnya.”
Bahkan, dalam keterangan tersebut, beberapa pendapat mengatakan bahwa sastra itu hoax.
Akan tetapi, Melani menjelaskan bahwa sastra jelas berbeda dengan hoax. “Sastra adalah fiksi untuk mengungkap kebenaran, sedangkan hoax adalah rekaan untuk memalsukan kebenaran,” ujar akademikus lulusan Southern Carolina University tersebut.
Bahkan, tambah Melani, sastra (seni dan humanora) memiliki kemampuan untuk membayangkan masa depan manusia dan kemanusian.
Ia mencontohkan beberapa karya seperti 1984 karya George Orwell, di mana karya tersebut kembali booming pasca terpilihnya Donald Trump sebagai orang nomor satu di AS. Karya yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1949 itu, menurut Melani, bercerita soal masa depan di tahun 1984, di mana aktivitas manusia pada tahun tersebut diawasi oleh kamera pengintai.
“Dalam One Hundred Years of Solitude (baca: Seratus Tahun Kesunyian karya Gabriel Garcia Marquez), ada adegan yang membuat saya merasa bahwa ini adalah kejadian di tahun 1998,” kata Melani menambahkan daftar judul karya lain yang serupa.
Untuk konteks budaya, Melani menjelaskan bahwa pekerjaan ilmu humaniora yakni mempersoalkan kembali apa artinya manusia dalam era digital dan era pasca-kebenaran. Ia juga mengatakan, peran seni dan sastra serta humaniora sangatlah penting di dunia yang semakin kompleks ini, di dunia di mana hoax tengah populer dan marak.
“Sastra dan humaniora bisa menjadi ruang pembelajaran alternatif,” kata Melani. “Seperti berpikir kritis, memilih dan menciptakan kembali sesuai dengan konteks zamannya, juga berdialog dan memahami satu dengan yang lain."














































0 Response to "Sastra dan Hoax, Serupa tapi Tak Sama - Lifestyle Liputan6.com"
Post a Comment